Imam dalam keluarga yang selalu membimbing anak-anaknya serta istrinya
menuju jalan yang lurus yakni shirothol mustaqim. Ayah adalah sosok yang begitu
disegani, beliau adalah orang yang bekerja keras, membanting tulang untuk
kesejahteraan keluarganya, beliau tak memandang terik panas matahari, dinginnya
malam. Beda dengan kebanyakan ayah yang lain yang begitu menyetir anaknya,
membimbing dengan segenap tenaga sampai sering sekali membentak.
Beliau adalah sosok ayah yang pendiam, dia hanya sesekali menyuruh
anak-anaknya, tidak segera dilakukan, dia tidak lantas marah, namun dia
langsung terjun ke lapangan untuk mengerjakan sendiri. Beliau tidak mau
membebani anak-anaknya, beliau terus bekerja setiap hari. Saat melihat anaknya
mendapatkan rapot dengan nilai bagus pun beliau hanya tersenyum. Tersirat dari
matanya ungkapan rasa bangga. Hal itu dapat dirasakan. Namun ketika
anak-anaknya mendapat rapot yang jelek, beliau pun tak marah beliau hanya
tersenyum. Memancarkan kekecewaan dari raut wajahnya.Saat itulah aku begitu
menangis karena telah membuat ayah yang selama ini sangat aku segani harus
melunturkan pancaran bahagia.
Ketika itulah aku mengejar ayah dan memeluknya dengan erat serta meminta
maaf. Ayah terharu dan berkata aku tidak menuntutmu mendapat rapot yang
baik, karena itu hanyalah penilaian seseorang. Tapi aku menuntutmu untuk
bermanfaat bagi orang lain dengan ilmu-ilmu mu yang kau cari selama ini.
Nak tak usah peduli apa kata orang terhadapmu , tapi yakinlah akan
prasangka baik kepada mereka. Tak usah malu dengan nilai yang kecil. Kamu tak
dibesarkan dengan nilai rapot, tapi kamu dibesarkan dengan cinta kasih sayang
keluarga. Sudah pergilah menuntut ilmu, kembalilah ketika kau sudah membayar
apa yang ayah katakan tadi.
Mendengar kata-kata ayahnya dia sangat terharu dan bangga. Karena
ayahnya begitu bijaksana. Ayahnya adalah sosok yang tak begitu banyak omong, namun
banyak kerja. Itulah yang membuatnya bangga dan sangat sayang terhadap ayahnya.