Pagi hari yang begitu cerah dia sudah berada di belakang rumahku dengan bermain sepeda, bukan apa-apa karena memang rumah kami bersandingan. Tidak ada sekat antara pekarangan kami , pekarangan kami tak begitu luas hanya saja perumahan milik Pabrik Gula Cinta Manis  ini memang tak begitu besar namun cukuplah untuk keluarga bapak saya. Pekarangan belakang maupun depan tampak bersih dan rindang banyak pohon buah , mulai dari pohon jambu, pohon rambutan , pohon kelapa serta pohon cempedak tak lupa ada juga satu kolam ikan yang cukup besar dan dalam. Kebanyakan orang-orang di perumahan ini adalah orang jawa orang peratauan. Tiap rumah selalu ada pohon kelapa dan banyak juga yang memiliki kolam ikan sebagai mata pencaharian kedua setelah bekerja di pabrik. Perumahan ini sangat sederhana hanya terdiri dari dua kamar yang ukurannya cukuplah, satu ruang keluarga, satu dapur, satu kamar mandi dan satu ruang tamu. 
Menginjak bangku kelas 4 SD aku mulai berteman kembali dengan dia karena setelah lama aku menghilang. Menghilang yang pasti arahnya yakni mengikuti ibu  pulang kampung. Setelah beberapa tahun aku kembali menapakkan kaki di tanah kelahiran yang terkenal dengan makanan khasnya yakni empek-empek. Aku mulai beradaptasi dengan bahasa karena memang saat aku kembali bahasa masih medhok jawa. Namun , seminggu rasanya sudah cukup untuk belajar bahasa kampung disini. Seketika aku sudah lupa bagaimana bahasa jawa yang biasa aku gunakan. 
Tepat di depan rumahnya dia membuat sebuah tenda kecil seperti anak pramuka gitu untuk mengisi hari liburannya. Dengan tambahan kasur spon sebagai alas menambah kenyamanan orang yang ada di dalamnya. Saat itu aku masih malu-malu kucing. Ibunya berusaha untuk menyuruhku supaya mau bermain dengannya. Alhasil, aku pun mau dan mulai berbicara dengannya. Ternyata dia asyik banget sejak itulah aku mulai menjadi teman dekatnya. Hari demi hari akhiranya liburan sekolah berakhir dan kami harus kembali ke sekolah. Dia beda satu tahun di atas ku , dia anak kelas 5 SD. Sepulang sekolah aku selalu main di rumahnya . Entah mau ngapain  pokoknya aku bilang ke ibu  kalau aku mau main kerumahnya. Disana dia selalu mengajakku main playstation yang aku suka itu permainan taekwondo dan bomberman. Kadang-kadang dia juga mengajakku main kartu atau biasa kita sebut remi. Keluarga kompak banget kadang-kadang semua ikut bermain. Yang paling aku suka dari ibunya kalau mau buat jajan atau roti selalu mengajak aku Aku seneng banget sama yang berbau masak-memasak apalagi buat kue. Kalau kakaknya itu jarang di rumah karena dia tinggal di asrama sekolahnya. 
Setiap malam minggu aku selalu mempersiapkan bebek baru untuk berjalan-jalan mengelilingi perumahan  yang indah ini. Bebek baru kutunggangi dengan gagah dan percaya diri. Dia juga mempersiapkan bebek bututnya. Lantas kami tak hanya berdua, aku mengajak teman-teman ku untuk ikut konvoi malam minggu. Ternyata, mereka sangat antusias. setelah kami mendapat izin dari kedua orang tua , kami lantas bergegas travelling.  Di jalanan ternyata tak hanya kumpulan kami saja yang ikut konvoi. Banyak kumpulan lainnya yang berjalan-jalan menikmati indahnya rasi-rasi bintang yang membentuk suatu arah. Malam minggu tak hanya diisi dengan travelling tapi juga dengan nongkrong bakar kemplang. kemplang adalah krupuk khas Palembang. 
Setahun kemudian, kami berteman dengan sangat akrab. Ternyata dia ingin mengungkapakan kepadaku siapa wanita pujaan nya namun wajahnya tersipu malu. Aku tahu siapa pujaan hatinya. Sebagai teman yang baik dan perhatian aku sampaikan salam untuk sang pujaan hatinya. Namun, selalu tak ada respon dari sang pujaan. Padahal dia menunggu-nunggu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
Tangannya begitu ajaib, apapun tanaman  yang dia tanam pasti hidup dan subur. Aku tak menyangkan beberapa potong tebu disulapnya menjadi tanaman tebu yang tinggi sekali. Dia juga pecinta tanaman yang hidupnya di padang pasir  yakni Kaktus. Berbagai macam kaktus dia miliki. Sepulang sekolah dia selalu bergegas ganti baju dan membawa cangkul kecilnya untuk mulai bercocok tanam. Beberapa bunga yang sudah besar dan banyak anakannya dia pisah untuk di tanam kembali. Dia juga menasehatiku untuk menanam beberapa jenis  tanaman yang ada dirumahnya. Tak lupa dia memberiku beberapa kaktus. Namun, tak tahu kenapa kalau kaktus yang ada dirumahku lama-kelamaan mati. Karena aku nggak telaten ngurusi. 
Jika ingin menanam sayur-sayuran atau biji-bijian, ibuku terkadang meminta bantuannya. Alhasil , tanaman tumbuh tinggi dan subur. Dia memang sangat menyanyangi tanaman-tanaman dan menurutku kelakdia  layak untuk menyandang sebutan hortikulturis.
Perumahan yang kami tempati saat ini sangat rindang karena banyak kebun yang berisi pohon karet dan kelapa sawit. Dia terkadang pulang kerumah dengan membawa biji karet untuk bermain. Iseng-iseng dia menanam biji itu di belakang rumah dekat kolam ikan. 
Dia beranjak remaja dia sudah kelas 6 SD dan aku kelas 5 SD. Tak ada badai tak ada hujan kutemui dia jatuh sakit. Beberapa kali dia harus opname aku belum tahu dia sakit apa. Namun , dia jadi jarang main sekarang tubuhnya mengalami perubahan wajah pucat. Aku pun juga jarang lagi ke rumahnya.
Hari kelulusan diumumkan. alhamdulillah dia lulus meskipun harus bolak-balik perum ke rumah sakit.
Masuk gerbang SMP , dia kembali menjalankan rutintas namun tetap dengan perawatan intensif. Dia pergi ke sekolah diantar dan dijemput. Setiap hari harus membawa jus buah. agar badannya sehat kembali.
Beberapa minggu masuk sekolah beberapa minggu pula di opname. SD ku dan SMP nya berhadapan terkadang aku memandangi siswa-siswi yang sedang berangkat sekolah dari jendela kelasku. Aku terkejut karena aku melihat sesosok laki-laki yang sangat mirip dengan dia potongan rambutnya, tubuh tegapnya, caranya bersepeda, sepedanya pun sama warnanya merah, namun anehnya kok pake sepeda. Dia kan selalu diantar. Aku teringat bahwa minggu ini dia opname lagi. lalu siappakah gerangan apakah dia hanya bayang-bayangku saja.
Aku semakin penasaran , aku selalu menunggunya di depan sekolah ku untuk melihat wajah aslinya. Ketika dia keluar dair gerbang kupandangi wajahnya. Ternyata dilihat dari sosok badan dan lainnya sama , namun wajahnya berbeda dan dia berkulit putih bersih. Sedangkan sahabatku yang sedang terbaring di rumah sakit itu kulitnya sawo matang sama kayak aku.
Hari raya idul fitri (lebaran) tiba dimana biasanya aku dan juga dia bersilaturahmi ke rumah tetangga-tetangga namun lebaran kali ini tidak untuknya. Ibunya melarang untuk dia keluar rumah  karena fisiknya yang sedang melemah. Dia memberontak wajahnya memerah. Dia hanya bisa bersilturahmi ke rumah samping kiri dan kanannya saja. Aku melihat wajah yang sangat kecewa dan penuh sesal karena ini adalah momen yang sangat ditunggu-tungu oleh berjuta muslim di dunia. Beberapa hari setelah lebaran pagi-pagi sekali aku dan temanku akan berjalan-jalan namun belum beranjak dari pekarangan rumah. Aku melihat mobil putih menjemput dia. Di kursi depan dia duduk untuk kembali opname dan melambaikan tangan dengan senyum yang sangat menyejukkan hati kami. Sampai sekarang aku belum tahu penyakit yang diderita selam ini. Tak lama besoknya Aku , bapak serta ibu sedang bersantai di ruang tamu. terlihat Pak RT yang sedang berjalan ke rumah kami dan mengisyaratkan dengan tangannya yang di arahkan ke lehernya. Bapakku langsung mengerti dan menerjemahkan isyarat itu. Sahabatmu sudah dijemput sang Maha Kuasa.
Speechless, hatiku langsung jatuh tak kuat menahan berita yang sangat mengaharukan itu. Di usia yang masih sangat muda dia sudah harus menyelesaikan tugas sebagai khalifahnya di bumi ini. Saat itulah aku tahu bahwa dia terkena penyakit kanker darah. Ternyata penuturan dokter penyakit sudah ada sejak almarhum masih kecil namun baru nampak setahun terakhir.
Tampak banyak tanda kebaikan pada almarhum karena ada temannya yang indigo dan dapat melihat almarhum dengan berpakaian warna putih dan terlihat damai.
Ternyata lambaian terakhir dan senyum manis darinya itu adalah sebuah hadiah terakhir yang aku dapatkan.
Terimakasih atas Lamabaian tangan sang Hortikulturis.

One Response so far.

  1. Unknown says:

    Awal yang baik untuk menjadi penulis

Leave a Reply