Tenggelam Dalam Lautan Cinta


Hidup ini perlu cinta. Seperti halnya orang yang sedang kasmaran, mereka selalu mengusahakan agar cintanya semakin dekat. Orang seperti ini akan selalu bahagia setiap harinya karena mereka telah mengisikan energi positif ke dalam benak hati mereka. Sebuah energi positif yang akan selalu disebarkan kepada orang yang ada di sekitar mereka.
Dalam hidup ini kita telah banyak tahu bahwa tugas kita sebagai khalifah di bumi adalah untuk beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Beribadah bukan lah kata yang sempit, sekedar salat dan membaca al-quran saja. Namun usaha kita dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari itu seperti bekerja, belajar itu juga termasuk ibadah. Ibadah yang dimaksud sangat luas.
Begitu juga hal nya cinta. Cinta dimaksud bukan hanya cinta kepada seseorang, namun cinta dalam pengertian yang luas. Cinta kepada sesuatu misal cinta kepada Allah, cinta kepada orang tua,  cinta kepada pelajaran, cinta kepada sebuah profesi, cinta kepada cita-cita, cinta kepada masyarakat dll. Dalam proses bercinta kita selalu berusaha untuk mendapatkan cinta, untuk lebih dekat dengan cinta. Kita mencari segala cara, belajar, untuk menemukan cinta itu.  Itu  adalah sebuah proses, proses dimana kita mencari, belajar dengan sepenuh ketulusan hati, rasa keingintahuan yang sangat tinggi, rasa semangat yang membara, sabar dengan benteng yang amat kuat, dengan kaki yang selalu bergerak, mata yang selalu melihat dan membaca lebih banyak dari biasanya, dengan telinga untuk mendengar lebih lama dari biasanya. Untuk memperoleh sebuah ilmu.
Ilmu laksana buaian, ilmu laksana pagar, ilmu laksana nahkoda yang dapat menetukan arah kapal, yang menjaga kapal tetap berlayar di samudera pasifik yang amat luas. Samudera kehidupan yang perlu diselami dengan ketulusan hati. Tuhan tidak menyuruh kita untuk berhasil dengan nilai baik, namun tuhan hanya menyuruh kita untuk terus berusaha menjadi yang lebih baik dengan jalan yang baik pula  serta tawakal.



p1

Warna-Warni Pelangi

Setiap unsur-unsur warna penyusun pelangi saling berpegangan dengan erat. Mereka meramahkan diri mereka dengan jalinan kasih sayang. Warna-warna pelangi yang terlihat dari permukaan bumi tempat kita berpijak adalah sebuah gambaran kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Ciptaan-Nya yang sangat indah menggelora di jagat raya ini.
Senyum dari warna-warni indah pelangi diibaratkan sebagai keindahan dan syukur menjalani mozaik kehidupan ini. Dalam menjalankan hidup ini kita butuh satu kalimat  sederhana yaitu bersyukur. Mensyukuri terhadap segala yang telah didesain oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah satu bentuk pengabdian kita kepada Sang Kuasa. Karena dengan itu kita akan dapat hidup lebih tenang. Berkebalikan dengan bersyukur yaitu kufur. Kufur adalah wujud tidak syukur manusia terhadap pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Pilih mana, kita hanya tinggal jalanin hidup ini, kita tidak perlu susah payah memdesain, semua sudah ada yang membuat.
Seindah pelangi di langit Negera Indonesia mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu keindahan negara  yang dilalui oleh garis khatulistiwa dibanding negara-negara lain. Negara yang memiliki hutan hujan tropis dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Memiliki dua musim yakni, hujan dan kemarau menambah keasrian negeri ini. Sungguh indah alam ini, hujan yang diharapkan para petani untuk kesuburan tanaman –tanaman mereka. Juga mempunyai banyak manfaat selain  sebagai syarat siklus air juga menyimpan keindahan bagi insan-insan di bumi pertiwi ini. Selayaknya sebagai insan yang tinggal di bumi pertiwi ini, marilah kita sadar akan kelangsungan hidup kita. Jaga bumi pertiwi ini tetap asri. Jika memang kita berada di posisi seorang kontraktor ataupun pengusaha yang harus menebang pohon-pohon yang rindang yang menjadi paru-paru bumi pertiwi ini untuk membuka sebuah lahan pekerjaan. Jangan lupa untuk menanam pohon kembali. Ini bukti respect terhadap bumi pertiwi.
Selain menyadari dan mensyukuri keindahan alam yang telah diberikan oleh-Nya. Kita juga patut mensyukuri indahnya mozaik kehidupan yang telah didesain Tuhan yang Maha Esa kepada kita. Banyak orang yang mengeluh tentang kehidupan mereka yang terus tertimpa masalah, namun jika orang itu mampu bersyukur atas apa yang mereka dapatkan pasti akan terasa lebih tenang dan damai, karena dengan itu kita akan lebih dengan Sang Maha Kuasa.
Seorang teman yang kujumpai di bangku sekolah, dia tipe orang yang sangat peka terhadap emosi. Dia selalu mempermasalahkan setiap mozaik kehidupannya. Sehingga sering sekali dia curhat denganku. Padahal aku selalu menganggap masalah yang datang kepadaku itu hanyalah angin yang sekadar lewat dan akan segera berlalu. Namun temanku yang satu ini tidak, dengan masalah yang dia dapatkan dia semakin dekat dengan Sang Kuasa. Aku pun iri ternyata dengan menghayati setiap permasalahan yang datang dapat menjadi sebuah kenangan yang dapat dijadikan bahan pelajaran.
Wahai kawan begitu indah kalimat syukur itu. Bersyukur itu dapat membawa kita kepada hidup yang kecukupan dan tenang, lebih tenang dari orang-orang kaya yang hidup hanya mengejar kekayaan dunia.
Jika kalian menginginkan syukur yang indah, mari liburan atau berwisata ke puncak gunung, atau dataran yang lebih tinggi untuk melihat ciptaan Tuhan yang begitu menakjubkan. Kalian kan merasakam syukur yang sangat dalam.


p1

Open My Eyes

Menulis, itulah yang aku inginkan sekarang. Setelah membaca beberapa novel aku terinspirasi untuk menulis. Begitu juga travelling  seperti yang dilakukan oleh Ikal dan Arai lakon dalam novel Edensor . Liburan tiba, siapkan tenaga , matangkan visi dan misi, cari restu orang tua, peralatan tersedia, beli tiket berangkat deh ke Malang. Niatnya sih jalan-jalan ke beberapa universitas-universitas di malang. Setelah itu aku dan teman-teman  lanjutkan untuk menginap di rumah  teman ku yang kebetulan rumah orang tuanya ada di salah satu kabupaten di malang. Rumah nya jauh dari perkotaan di kaki gunung. Sekitar 15 menit dari pinggir kota dengan menaiki motor.
Hari pertama, belum ada planning apa-apa, karena kami pulang dari kota pukul 19.00 WIB. Jadi, kami langsung istirahat. Namun beda banget dengan di kota aroma dan nuansa pedesaan sangat kental banget. Di sana sekitar pukul 20.00 WIB sudah sepi. Aku berdiri di pinggir halaman menghirup udara dengan sangat dalam seperti terbang ke langit. Udara malam di sana sangat sejuk, udara segar yang tak tercemar polusi kendaraan motor, bus, truk. 
Esok paginya kami memutuskan untuk naik ke dataran yang lebih tinggi. Di situ kami bertemu dengan para petani yang bekerja di lahan-lahan mereka. Sejenak kami terpikir untuk travelling ke sebuah tempat yang sangat sejuk yang terdekat. Karena kami pun tak punya kendaraan untuk pergi kesana. 

Air terjun Coban Jahe itulah tujuan kami, namun apa daya kami tak memiliki kendaraan untuk kesana. Untungnya warga di sekitar rumah itu baik - baik semua. Alhasil kami diperbolehkan untuk meminjam motornya. Langsung kami bergegas untuk pergi ke Coban Jahe. Memang terkenal bahwa hidup di pedesaan sangat rekat sekali tali persaudaraannya, saling tolong menolong, rasa saling iba itu masih kental banget deh. 

Kami langsung bergegas pergi ke Coban Jahe. Jangan dikira perjalanan nya itu enak , jalannya aspal, kanan kiri pepohonaan. Itu salah banget , karena disinilah petualangannya. Perjalanan nya itu jauh banget berdebu , jalan terjal , jalan becek. Aku suruh turun patner ku karena aku harus ektra hati-hati dalam menyeimbangkan motor ini , beberapa kali hal ini terjadi. Sungguh perjalanan yang membuat hatiku bergemetar. Tak pernah kurasakan sebelumnya. Beberapa trek  ku lalui dengan penuh semangat. Aku percaya akan keindahan di balik ini semua. 

Perjalanan terlihat lebih dekat karena kami menemui beberapa aliran mata yang air memotong jalan kami. Semangat kami makin memuncak , pekikkan dari kami pun tak lupa kami kumandangkan. sambil bersorak-sorak ria  kami akhirnya menemukan wisata Air Terjun Coban Jahe. Tampak sepi di tempat itu, hanya ada beberapa petugas dan sebuah keluarga di tempat itu. Lalu kami berlari menuju muka air terjun. 

Kami terdiam melihat sebuah ciptaan Allah . Maha daya cinta.... sungguh asri, segar sekali , hembusan air menyambut kedatangan kami. Kami ingin lebih dekat untuk berkomunikasi. Sungguh ini adalah imbalan dari perjalanan kami yang begitu berat sebelumnya. Imbalan yang lebih dari apa yang aku bayangkan, aku menganggap tempat ini masih jarang dijamah orang. Karena jalan menuju tempat ini pun belum sebagus seperti tempat lain. Jadi perjalanan ke tempat ini masih asri banget. Memang sudah ada beberapa perbaikan untuk menunjang sarana menuju ke tempat wisata ini, namun hanya beberapa meter saja. 

Disana kami bertemu dengan seorang photographer dari National Geographic. Dari kejauhan sedang mengambil  gambar pemandangan di tempat ini. Sungguh aku sangat kagum. Sepulang dari coban jahe itu, kami disuguhi dengan permainan yang menantang dan membuat rasa ingin tahu itu. Kalian tahu apa itu? 

Permainan Flying Fox 

p1

bermimpilah, karena tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu

Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan,misterius, fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan. Diinterpretasikaan dari pemikiran Harun Yahya.
Sampai saat ini aku masih mencanangkan mimpi-mimpi itu di buku binderku. Aku masih ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Itulah kata-kata Andrea Hirata dalam bukunya berjudul Edensor. Ia adalah penulis favoritku setelah Ahmad Rifa’i Rif’an. Penulis yang telah menginspirasi ku untuk berani bermimpi, bermimpi yang tinggi. Untuk tidak meninggalkan kesempatan di usia muda yang masih bisa dirancang dengan berbagai imajinasi. Aku percaya dengan kata-kata “Impossible Is Nothing”. Kata itu membuat ku semakin percaya bahwa aku dapat  menggapai mimpi-mimpi itu.
Aku bertemu seorang teman lama yang sekarang dia duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan Psikolog. Ketika ku bertemu dengannya tampak wajah merona mata berbinar-binar karena aku sangat mengharapkan pertemuan ini. Bertemu dengan seorang yang mengerti akan karakter-karakter seseorang. Dia berpesan jangan takut untuk menggapai mimpi-mimpimu. Pembatas dirimu untuk menggapai cita-citamu bukanlah mereka yang memiliki peringkat I di sekolahmu, bukan mereka yang bersekolah di sekolah favorit. Namun pembatas itu adalah dirimu sendiri, sugesti yang ada dipikiranmu yang membuat mu minder, pesimis dan akhirnya kalah.
Aku menuturkan impianku selama ini kepada sepupuku. Selama ini aku sangat mengagumi indahnya angkasa di malam hari bertaburan bintang-bintang. Dunia astronomi, rasi bintang yang sangat mencurigakan di benak ku. Ingin ku mempelajarinya, aku sangat penasaran dengan cuaca, iklim, angin, gunung meletus. Gunung meletus itu adalah sebuah fenomena yang sangat ingin ku ketahui, hal ini berawal dari kecintaan ku melihat film-film bencana alam salah satu judul itu Dante’s Peak.  Ternyata aku mendapat respon positif dari sepupu ku. Dia mendukung keinginan meskipun aku harus lintas jurusan. Aku sekarang duduk  di bangku sekolah dengan jurusan Natural Science. Dia berpendapat mengapa kita harus dipisah-pisahkan dalam menentukan ilmu yang akan kita ambil di bangku perkuliahan.  Itu sama saja membatasi ilmu yang anak-anak impikan. Namun apakah aku benar-benar siap untuk lintas jurusan.
Aku mencoba untuk mencari jurusan sesuai dengan jurusanku selama ini. Sepertinya biologi hampir mirip dengan impian ku sebelumnya. Karena sama-sama berhubungan dengan alam. Hanya saja kalau biologi itu ilmunya saat siang kalau astronomi itu malam hari. Semua itu sama saja, karena pada dasarnya aku mengagumi keindahan ciptaan-Nya. Bak aroma wangi semerbak dari bunga sedap malam, orang tua menyetujui akan permintaan  , meskipun sebelumnya mereka menolak mentah-mentah. Atas rintihan hatiku, permohonan hatiku untuk melanjutkan sekolah lebih jauh dari biasanya. Mereka akhirnya menyetujui permintaan hatiku yang mendalam. 
Mulai petualangan ku menggapai impian yang kucita-citakan. Dengan beberapa langkah. Salah satu langkah ku untuk menggapai impian itu adalah bertemu dan bercakap-cakap dengan alumni. Supaya lebih mantap pilihan ini. Menurut titah sang bunda kalau bisa kamu jadi guru, karena ibu dulu ingin jadi guru gak keturutan. Atas titah itu aku memutuskan untuk mengambil pendidikan biologi. Di mana aku belajar alam dan kesehatan , mendapat ilmu untuk mengajar anak , lengkap deh kalau ambil jurusan itu. Namun aku masih pula ingin mengambil jurusan biologi murni. Mengapa biologi murni? Karena kalau murni banyak penelitiannya survei ke mana-mana. Mempelajari biologi lebih dalam lagi. Menurut informasi yang aku dapat kalau di jurusan biologi pada semester ke-6 kalain akan memilih jurusan biologi analisis atau biologi wirausaha. Kalau aku bisa di jurusan biologi murni aku akan mengambil biologi wirausaha. Namun, tetap ingin mengambil akta-IV biar bisa jadi guru, manut titah ibu.
Ini hanyalah sebuah impian, namun meskipun hanya sebuah mimpi, tetap perlu diperjuangkan. Seperti kata Arai dalam Novel Edensor Bermimpilah, karena tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Kuncinya syukuri setiap apa yang terjadi, jangan pernah membedakan kelemahan mu dengan kelebihan orang lain karena itu hanya akan membuat pesimis dan menciut. Berpikir positif dan ingat apa yang aku tulis di atas Impossible Is Nothing. Jangan batasi dirimu untuk mengetahui ilmu.  Mumpung masih muda, rasa ingin tahu masih membara, semangat masih bisa dikumandangkan. Marilah berjuang kesempatan hidup ini hanya sekali. Kita  semakin dewasa , jangan memandang orang dari luarnya saja. Olah kata-kata kita tak semua orang sepaham dengan kita. Jangan menganggap kepercayaan yang kamu pegang lebih baik dari orang lain sehingga kamu mengombar janji-janji. Ingat dunia ini semakin keras. Perkuat iman!




p1

Satu dibagi nol sama dengan tak terhingga

Terik matahari pagi yang sangat cerah menyinari sampai ke sela-sela dedaunan belakang rumahku. Hari itu adalah hari dimana aku harus ujian untuk masuk ke universitas yang sangat aku banggakan. Hari-hari sebelumnya aku dan teman-teman yang mengikuti tes ujian masuk telah mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Mulai dari belajar, mental, batin serta restu orang tua sudah kami lalui.
Tes ujian dimulai pukul 08.30, sementara aku dan teman-teman berangkat dari rumah sekitar jam 03.00 dengan menaiki kereta api. Kami bersepakat untuk  bertemu di perempatan depan rumah Shahnaz. Ayam pun belum berkokok aku sudah bangun, ibuku membantu mempersiapkan segala sesuatu. Setelah itu aku berpamitan dan meminta do’a restu kedua orang tua. Rumahku adalah rumah terjauh dari perempatan daripada rumah teman-temanku lainnya. Aku berusaha untuk tidak takut meskipun sebenarnya aku sangat takut. Aku berjalan sangat cepat dan melihat ke kanan-kiri. Terkadang aku memandang di kejauhan melihat sesosok bayangan putih berdiri atas atap. Aku langsung mengambil batu dan melemparkan ke arah atap rumah orang untuk menepis rasa takut ku. Namun  hasil lemparanku selalu salah, alhasil menimbulkan suara yang menggangu tuan rumah sehingga mereka teriak-teriak. Mendengar hal itu aku pun tertawa dan berlari. Sekali lagi hal itu aku lakukan untuk menepis rasa takutku.
Perempatan rumah Shahnaz tepat di depan mata dengan  sergap aku berlari, setelah sampai tak ada satupun temanku yang terlihat. Lalu aku menunggu beberapa menit namun tak kunjung datang. Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Shahnaz. Aku mengetuk pintu rumahnya. Aku mendengar suara tertawa-tawa kecil dari dalam rumahnya. Aku sangat penasaran, kemudian Shahnaz membuka pintu. Aku kaget bercampur geram karena ternyata semua temannya ada di rumah Shahnaz. Aku pun berteriak “haaahhhh... kenapa kalian disini semua, dasar kalian ... aku tunggu di perempatan ternyata semua ngrumpi disini... ayo berangkat.!” Mereka tertawa melihat aku. Mereka ternyata sengaja ngerjain aku.
Kami yang terdiri dari enam orang yaitu aku sendiri, Shahnaz, Najwa ,Taht, Felix, Helmy. Kami melanjutkan misi dengan jalan kaki ke stasiun karena memang dekat sekali dengan desa kami. Kami naik kereta api pukul 03.30. Dengan keramaian orang-orang pekerja yang mau berangkat ke pasar dengan membawa dagangan mereka tak membuat kami terganggu. Kami tertidur dengan pulas, Adzan subuh bersaut-saut. Felix membangunkan kami semua untuk pergi wudhu. Aku, Shannaz, Najwa, dan Taht mencari air di kereta api , namun tak ada satu pun air yang bersih. Lalu kami berempat memutuskan untuk membeli air botol untuk berwudhu. Kami kembali ke tempat duduk untuk sholat.
Biasanya jika sudah jam 06.30 di kereta sudah banyak pedagang asongan yang berjualan nasi, jajan, atau minum. Namun pagi itu tak ada satupun penjual makanan yang lewat, kami lapar bukan main. Helmy bertanya kepadaku “Nabila... gimana nanti kita bisa ngerjain soal kalo perut kita aja kosong ,  gimana  bisa mikir kalo gini?” Taht nyambung pula “iya ni kata opa ku kalau jam segini sih banyak penjual makanan , tapi tumben hari ni gak lewat?”. Felix menengahi permasalahan mereka , dia memberi saran untuk mencari warung setelah sampai di stasiun.
Tak lama lagi kami akan turun di stasiun baru, kami bergegas untuk segera turun. Sesampai di stasiun kami langsung mencari warung untuk menyambung hidup mereka. Ada warung dengan menu makanan nasi pecel sederhana sekali meskipun hanya dengan lauk peyek  kami sangat lahap karena sudah kehabisan lauk lainnya , warung itu memang laris. Saat mereka masih makan aku pergi ke kamar mandi. Terdengar oleh ku angkotan untuk jurusan yang kami tuju. Aku segera bergegas keluar dari kamar mandi dan kembali ke warung. Namun tak ada satupun kawan ku yang terlihat, aku pikir mereka pasti ngerjain aku lagi, namun aku tunggu-tunggu mereka tak muncul juga. Aku bertanya ke ibu yang punya warung. Ternyata mereka sudah berangkat dengan naik angkot. Aku bingung lalu mencari jalan lainnya. Kalau sudah jam segini sudah tidak ada angkotan yang lewat, mungkin lewat lagi nanti pukul 08.30. Nggak mungkin aku berangkat pada pukul itu.  Lalu aku menumpang untuk naik mobil gundul yang berisi beberapa kambing. Waduh baunya bukan main. Setelah menaiki mobil itu aku masih harus berjalan kaki menuju lorong-lorong sempit di ibukota padahal sudah 08.00.
Ketika aku  bernyanyi dengan gembira di pinggir jalan untuk menghibur hatiku , aku melihat mobil sedan berwarna merah dengan cepat melesat di depanku dan terdengar suara brukkk.. Aku melihat ternyata mobil itu menabrak kucing. Sungguh aku kesel banget karena mobil itu langsung kabur tanpa tanggung jawab. Kebetulan aku sangat suka dengan kucing apalagi berwarna putih. Tak ada satupun orang yang peduli dengan nasib kucing itu. Padahal saat kejadian itu banyak orang di sekitar jalan itu.
Dengan rasa simpati yang mendalam dan kecintaanku kepada hewan. Membuat hatiku tergerak untuk membawanya ke rumah sakit. Aku tak tahu harus dibawa kemana apa ke rumah sakit umum atau ke rumah sakit khusus hewan , tapi dimana aku pun tak tahu. Dengan kebingungan itu aku memutuskan untuk membawa ke klinik kecil di dekat universitas idaman. Aku meminta dokter  yang sudah tua itu untuk menolong nyawa kucing yang kakinya sudah hampir putus. Sang dokter menolak karena dia hanya menerima pasien manusia, aku memohon dengan sangat dan terus merayu sang dokter untuk meau membantu sang kucing. “Apa guna ilmu anda sebagai dokter kalo nolongin kucing aja gak mau” aku terus memojokkannya. Dokter tua itu mau, aku menyaksikan sendiri operasi itu berlangsung. Aku menjadi perawat dadakan. Sesaat aku lupa bahwa aku harus pergi untuk ujian masuk ke universitas idaman. Aku pamit kepada pak dokter untuk mengikuti ujian masuk itu. Kemudian aku bergegas masuk ke ruangan padahal ujian sudah dimulai sekitar 30 menit yang lalu , untungnya aku diperbolehkan masuk. Aku mengatur napas untuk menenangkan seluruh jiwa dan ragaku. Kemudian aku mulai mengerjalakan soal itu.
Seusai ujian aku keluar dari ruangan dan aku tak tahu harus kemana lalu pergi ke fakultas yang sangat aku idamkan yakni fakultas MIPA. Aku bertemu dengan mahasiswa Biologi aku bertanya banyak hal tentang itu. Semakin senang hatiku dan aku  lupa akan teman-temanku.
Aku kembali dengan menaiki bus malam kembali ke desa ku tercinta disebrang gunung tertinggi di pulau jawa. Beberapa hari berikutnya dengan harapan yang sangat besar dan tak lupa iringan doa yang selalu terucap di bibir. Aku membuka situs resmi pengumuman ujian masuk universitas. Aku melihat namaku tercantum di sana dengan embel-embel LULUS. Aku langsung sujud syukur dan menemui kedua orang tuaku.
Menurut rumus matematika "1:0= ~". Itulah yang dikatakan oleh guruku ketika menyabet juara I guru terfavorit di suatu provinsi. Beliau mendapat hadiah untuk liburan ke Negara Malaysia. Filosofi dari rumus di atas adalah satu keihlasan yang diberikan kepada sekitas maka sesuatu yang tak terhingga atau besar akan kembali kepada kita. Sebuah keikhlasan memang diperlukan dalam menghadapi setiap mozaik hidup ini meskipun itu berat.



p1

Impian Butuh Strategi

Impian atau cita-cita bukanlah khayalan semata tapi hal itu adalah sebuah pilihan hidup. PTN favorit tempat kita menimba ilmu juga harus dipertimbangkan dengan matang bukan karena hanya memilih jurusan namun biaya yang harus ditanggung orang tua tidak bisa dianggap remeh. Dalam menembus impian itu layaknya sebuah peperangan di medan tempur, seperti kisah peperangan dinasti cina.
Dalam peperangan melawan musuh dinasti cina yang dipimpin oleh  Kaisar Guan Yu itu tidak hanya mengandalkan ambisi dan kekuatan saja. Tetapi mereka memiliki senjata jitu dalam melumpuhkan musuh yaitu strategi. Para panglima dan Guan Yu berkumpul di ruang kerja  untuk membuat api. Startegi ini sangat bagus, didukung dengan pengetahuan para panglima yang sudah ahli di bidang pertempuran dan cuaca. Pertama mereka memiliki strategi untuk mengepung daerah dinasti Han li dengan api . Api terbuat dari ikan-ikan laut yang telah dimasak dan diambil minyak nya. Setelah itu minyak ditaruh di cangkang telur yang sudah kosong. Di bawah pimpinan panglima Lu Zenh para prajurit mencoba melemparkan telur-telur itu ke tebing batu yang sangat tinggi untuk melihat seberapa besar apinya.
 Strategi kedua mereka datang dari arah barat, namun panglima Shang Jun berkata bahwa saat ini angin dari arah timur sehingga jika mereka datang dari arah barat sama saja bunuh diri. Sesaat mereka terdiam dan berpikir, Panglima Zhang Liao adalah sahabat baik dari Kaisar Guan Yu menuturkan bahwa setelah melihat langit dia mendeteksi bahwa arah angin akan berubah sehingga jika menggunakan strategi demikian tidak apa-apa.
Strategi ketiga setelah nanti mereka mencapai daratan daerah Dinasti Xin dengan kaisar yang bernama Cho Jan mereka akan merayap menggunakan alat peperangan yang biasa disebut tameng.  Mereka merayap bersama-sama sampai membentuk sebuah kotak atau persegi panjang , berjalan terus sampai menuju ke kediaman Dinasti Xin.
Setelah waktu yang dirasa telah tepat mereka kemudian bernangkat untuk memulai pertempuran.
Peperangan pun berakhir sukses.
Sama seperti Ujian Nasional dan PTN favorit kita ibaratkan saja mereka itu adalah musuh kita. Jadi kita harus memiliki strategi khusus untuk menaklukkan hal itu.  Lah ini tujuan saya untuk memberikan strategi khusus itu. Pertama untuk ujian Nasional setiap hari kita tidak boleh puasa soal-soal UN. Bagilah kisi-kisi yang sudah kamu dapat. Buatlah jadwal belajar pelajaran UN. Belajarlah bab-per bab yang kamu anggap belum bisa. Jangan belajar ganti-ganti bab karena kamu tidak akan fokus memahaminya. Misal bab logaritma ya kira-kira kerjakan bab itu 30 menit- 1 jam. Jika sudah paham segera ganti ke jadwal berikutnya.
Jangan lupa berdoa dan mintalah restu orang tua.
Kedua yaitu Strategi untuk masuk PTN. Mantapkan pilihanmu, pilihan yang tidak hanya untuk senang-senang saja, namun pilihan pengetahuan yang akan menemani hidupmu atau yang kan membantumu kelak. Minta pendapat teman, guru, dan orang tua. Lalu mintalah restu orang tua, yakinkanlah orang tuamu.
Kita harus memiliki pikiran yang positif. Jangan takut dalam berperang. Berani , sabar, aktif untuk mencari informasi, pantang menyerah dalam meraih impian itu. Tawakal dan jangan lupa sedekah.  

p1