Menulis, itulah yang aku inginkan sekarang. Setelah membaca beberapa novel aku terinspirasi untuk menulis. Begitu juga travelling  seperti yang dilakukan oleh Ikal dan Arai lakon dalam novel Edensor . Liburan tiba, siapkan tenaga , matangkan visi dan misi, cari restu orang tua, peralatan tersedia, beli tiket berangkat deh ke Malang. Niatnya sih jalan-jalan ke beberapa universitas-universitas di malang. Setelah itu aku dan teman-teman  lanjutkan untuk menginap di rumah  teman ku yang kebetulan rumah orang tuanya ada di salah satu kabupaten di malang. Rumah nya jauh dari perkotaan di kaki gunung. Sekitar 15 menit dari pinggir kota dengan menaiki motor.
Hari pertama, belum ada planning apa-apa, karena kami pulang dari kota pukul 19.00 WIB. Jadi, kami langsung istirahat. Namun beda banget dengan di kota aroma dan nuansa pedesaan sangat kental banget. Di sana sekitar pukul 20.00 WIB sudah sepi. Aku berdiri di pinggir halaman menghirup udara dengan sangat dalam seperti terbang ke langit. Udara malam di sana sangat sejuk, udara segar yang tak tercemar polusi kendaraan motor, bus, truk. 
Esok paginya kami memutuskan untuk naik ke dataran yang lebih tinggi. Di situ kami bertemu dengan para petani yang bekerja di lahan-lahan mereka. Sejenak kami terpikir untuk travelling ke sebuah tempat yang sangat sejuk yang terdekat. Karena kami pun tak punya kendaraan untuk pergi kesana. 

Air terjun Coban Jahe itulah tujuan kami, namun apa daya kami tak memiliki kendaraan untuk kesana. Untungnya warga di sekitar rumah itu baik - baik semua. Alhasil kami diperbolehkan untuk meminjam motornya. Langsung kami bergegas untuk pergi ke Coban Jahe. Memang terkenal bahwa hidup di pedesaan sangat rekat sekali tali persaudaraannya, saling tolong menolong, rasa saling iba itu masih kental banget deh. 

Kami langsung bergegas pergi ke Coban Jahe. Jangan dikira perjalanan nya itu enak , jalannya aspal, kanan kiri pepohonaan. Itu salah banget , karena disinilah petualangannya. Perjalanan nya itu jauh banget berdebu , jalan terjal , jalan becek. Aku suruh turun patner ku karena aku harus ektra hati-hati dalam menyeimbangkan motor ini , beberapa kali hal ini terjadi. Sungguh perjalanan yang membuat hatiku bergemetar. Tak pernah kurasakan sebelumnya. Beberapa trek  ku lalui dengan penuh semangat. Aku percaya akan keindahan di balik ini semua. 


Perjalanan terlihat lebih dekat karena kami menemui beberapa aliran mata yang air memotong jalan kami. Semangat kami makin memuncak , pekikkan dari kami pun tak lupa kami kumandangkan. sambil bersorak-sorak ria  kami akhirnya menemukan wisata Air Terjun Coban Jahe. Tampak sepi di tempat itu, hanya ada beberapa petugas dan sebuah keluarga di tempat itu. Lalu kami berlari menuju muka air terjun. 

Kami terdiam melihat sebuah ciptaan Allah . Maha daya cinta.... sungguh asri, segar sekali , hembusan air menyambut kedatangan kami. Kami ingin lebih dekat untuk berkomunikasi. Sungguh ini adalah imbalan dari perjalanan kami yang begitu berat sebelumnya. Imbalan yang lebih dari apa yang aku bayangkan, aku menganggap tempat ini masih jarang dijamah orang. Karena jalan menuju tempat ini pun belum sebagus seperti tempat lain. Jadi perjalanan ke tempat ini masih asri banget. Memang sudah ada beberapa perbaikan untuk menunjang sarana menuju ke tempat wisata ini, namun hanya beberapa meter saja. 

Disana kami bertemu dengan seorang photographer dari National Geographic. Dari kejauhan sedang mengambil  gambar pemandangan di tempat ini. Sungguh aku sangat kagum. Sepulang dari coban jahe itu, kami disuguhi dengan permainan yang menantang dan membuat rasa ingin tahu itu. Kalian tahu apa itu? 

Permainan Flying Fox 

Leave a Reply